Minggu, 07 Juni 2015

Lyngbya majuscula si Penyebab Iritasi Kulit

Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari kita tidak bisa jauh dari yang namanya mikroba, bahkan ada yang mengatakan dimana kita berada disitu ada mikroba, karena mikroba ada di darat, di udara atau bahkan di laut sekalipun. Untuk itu pada artikel kali ini saya akan membahas mengenai iritasi kulit pada manusia dermatitis rumput laut yang di sebabkan oleh bakteri Lyngbya majuscula, yang termasuk bakteri fotosintetik. Disini saya akan memaparkan apa itu dermatitis rumput laut, dimana dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi, serta cara mengtasinya.


   Kingdom      : Bakteri
Filum            : Cyanobacteria
Kelas            : Cyanophyceae
Ordo             : Oscillatoriale
Family          : Oscillatoriaceae
Genus           : Lyngbya
Spesies         : Lyngbya majuscula

Lyngbya majuscula adalah spesies Cyanobacteria dalam genus Lyngbya, berbentuk panjang, filamen unbranching di dalam selubung lendir kaku. Selubung dapat membentuk kusut atau tikar, bercampur dengan spesies fitoplankton lainnya. Mempunyai kloroplas (organel plastida yang mengandung zat warna). Mempunyai struktur dalam kloroplas yang disebut Pirenoid, untuk menyimpan cadangan makanan. Warna biru-hijau berasal dari kemampuan mereka berfotosintesis. Lyngbya majuscula termasuk dalam Ordo Oscillatoriales yang tidak menghasilkan spora dan termasuk dalam Family Oscillatiriceae yang tidak punya heterocyst. Reproduksinya yaitu dengan Fragmentasi (umumnya), Akineta (bila diawali dengan kodisi nutrien yang tinggi) (Burja. et al, 2002).
Habitat umum Lyngbya majuscula adalah di padang lamun dan terumbu karang di perairan tropis dan subtropis, biasanya tumbuh dalam rumpun. Filamen dapat tumbuh hingga panjang 10 cm, dan sering menjadi kusut dengan rumput laut lain di flat karang, dapat hidup hingga kedalaman 30 m. Peningkatan pertumbuhan Lyngbya majuscula membutuhkan suhu air di atas 24° C. Lyngbya majuscula dapat ditemukan di seluruh perairan pantai di dunia termasuk Hawaii dan United State of America, dimana pertama kali dilaporkan sebagai alga beracun selama 1950-an. Bagi kehidupan ekosistem perairan, Lyngbya majuscula  berperan sebagai penyedia oksigen dan makanan (produsen ) pada ekosistem perairan. Namun Lingbya majuscula juga mempunyai peran merugikan, yaitu penyebab iritasi kulit manusia dermatitis rumput laut (Anonim[1], 2012).

Spesies Lyngbya majuscula berbentuk rambut kusut atau tikar
Dermatitis rumput laut adalah ruam (bintil-bintil) merah pada kulit yang disebabkan oleh kontak langsung dengan jenis rumput laut beracun (alga), salah satunya yaitu Lyngbya majuscula. Hal ini berbeda dengan kulit terbakar yang disebabkan sengatan dari anemon laut tertentu, atau kulit gatal yang disebabkan oleh gigitan dari Schistosomes parasit (cacing pipih). Dermatitis rumput laut disebabkan oleh kontak langsung dengan Lyngbya majuscula (juga dikenal sebagai Microcoleus lyngbyaceus). Agen penyebab dermatitis untuk rumput laut dua racun lyngbyatoxin A dan debromoaplysiatoxin diproduksi oleh rumput laut. Toksisitas rumput laut ini sangat bervariasi tergantung pada daerah, musim, dan jenis (Solomon dan Stoughton, 1978).
Menurut Prof. Marius Rademaker dalam artikelnya “Dermatitis rumput laut”, ketika berenang atau berendam di daerah dimana rumput laut tumbuh, fragmen kecil dari rumput laut bisa terjebak di antara pakaian renang dan kulit. Setelah keluar dari air, rumput laut terlihat mengering, tetapi fragmen yang terbawa di bawah pakaian renang tetap lembab dan bersentuhan dengan kulit. Tekanan dari pakaian renang di kulit kemudian bergesekan racun rumput laut ke dalam kulit. Reaksi mungkin mulai beberapa menit sampai beberapa jam setelah korban meninggalkan air.
Gejala yang ditimbulkan biasanya ruam (bintil-bintil) merah mirip dengan luka bakar, dan kulit yang mengelupas atau iritasi (gatal). Gejala lain termasuk mata bengkak, iritasi pada hidung dan tenggorokan, luka kulit, sakit kepala, dan kelelahan. Ruam sering muncul di kelamin dan daerah anal serta bagian bawah payudara pada wanita, tetapi munculnya ruam ini berebda-beda tergantung jenis pakaian yang digunakan. Gejala mungkin mulai muncul beberapa menit sampai beberapa jam setelah terpapar ganggang, dan biasanya berlangsung 4-48 jam. Dalam kasus-kasus yang lebih serius, luka kulit mungkin muncul, yang dapat bertahan hingga 12 hari. Kadang-kadang ruam juga dapat terjadi pada wajah, mata dan mulut. Beberapa korban memiliki pembengkakan mata dan mulut, tetapi tidak ada ruam. (Anonim[2], 2015).

Karakteristik luka akibat infeksi pada Lyngbya majuscula berupa ruam (bintil-bintil) merah dan seperti luka bakar
Untuk gejala ringan, cukup mandi dengan menggunakan sabun dan air bersih. Ruam dapat diperlakukan seperti sengatan matahari, yaitu menggunakan handuk basah dan krim (misalnya calamine). Gunakan alkohol juga dapat membantu untuk dekontaminasi kulit. Mengairi mata yang terkena dengan air keran selama minimal 15 menit. Jika kesulitan bernapasan mungkin menandakan reaksi alergi. Jika luka menunjukkan bukti infeksi, antibiotik mungkin diperlukan. Di beberapa negara, otoritas kesehatan memiliki kekuasaan untuk menutup pantai publik yang  terbukti terdapat bakteri penyebab dermatitis rumput laut (Rademaker, 2014). Cara mencegahnya yaitu dengan tidak beraktifitas di daerah dimana rumput laut tumbuh. Dan yang pasti tetap berhati-hati dan menjaga kebersihan tubuh, terutama bagi anda yang suka traveling di wilayah perairan serta para nelayan. Semoga bermanfaat.
Referensi :

Burja, A.M., Abou-Mansour, E., Banaigs, B., Payri, C., Burgess, J.G., and Wright, P.C. 2002. Culture of the Marine cyanobacterium, Lyngbya majuscula (Oscillatoriacea), for bioprocess intensified production of cyclic and linear lipopeptides. J. Microbiol, 46, 207-219.
Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. 2017. Mikrobiologi Kedokteran. Surabaya : Salemba Medika.
Solomon, AE dan Stoughton, RB. Dermatitis from purified sea algae toxin (debromoaplysiatoxin). Arch Dermatol. 1978 Sep;114(9):1333-5.
Anonim[1]. 2012. Lyngbya. http://www.ehp.qld.gov.au/coastal/ecology/lyngbya-updates/. Diakses pada 30 Mei 2015 Pukul 11.10 WIB.
Anonim [2]. 2015. Stinging Seaweed Disease (Lyngbya). http://health.hawaii.gov/docd/dib/disease/stinging-seaweed-disease/. Diakses pada 30 Mei 2015 Pukul 10.00 WIB.
Rademaker, Marius. 2014. Seaweed dermatitis.  http://dermnetnz.org/dermatitis/plants/seaweed.html. Diakses pada 30 Mei 2015 Pukul 13.20 WIB.

64 komentar:

  1. Selamat sore mengenai bakteri Lyngbya, pertumbuhannya meningkat di daerah tropis dan subtropis diseluruh dunia. sesuai artikel diatas, kondisi lingkungan memang sangat mempengaruhi untuk pertumbuhan bakteri tersebut, kehadiran fosfor yang tersedia secara alami sebagai sumber nutrisinya dan zat besi serta bahan organik lainnya yang terlarut dilautan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangannya, dalam hubungannya dengan curah hujan sangat menguntungkan karena banyak hasil yang signifikan dalam nutrisi yang diangkut ke perairan pantai tersebut. untuk lebih jelasnya silahkan merujuk pada :
    http://www.ehp.qld.gov.au/coastal/ecology/lyngbya-updates/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih saudara abdan atas tambahan informasi mengenai pertumbuhan bakteri Lyngbya

      Hapus
  2. setelah membaca ulasan Anda, sepertinya yang dipaparkan diatas hanya peranan negatif nya saja. yang ingin saya tanyakan, apakah ada peranan positif dari Lyngbya majuscula tersebut? terima kasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya betul sekali, saya hanya memaparkan peranan positif secara umum dan peranan pada habitatnya saja, yaitu Lyngbya majuscula berperan sebagai penyedia oksigen dan makanan (produsen ) pada ekosistem perairan. Penekanan pada artikel ini lebih kepada peran negatif karena sesusi dengan judul artikel yang saya buat ini. Dan untuk peranan lainnya telah ditambahkan oleh saudari Nabila dan Farid. Terimakasih

      Hapus
    2. terima kasih kaka Syahrul serta kaka Nabila dan kaka Farida atas penjelasannya ^.^

      Hapus
  3. Menanggapi pertanyaan dari saudari Lae, ternyata kurasin A (Lyngbya majuscula) ini sedang dalam tahap uji praklinis yang diduga Lyngbya majuscule ini memiliki potensi sebagai antikanker. Untuk info selanjutnya bisa di baca pada sumber ini ya :
    http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/473/Jasril.pdf?sequence=1 Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju atas tanggapan nabila mengenai pertanyaan dari saudari lae dan saya ingin menambahkan sedikit mengenai peran positif dari Lyngbya majuscula tersebut.

      Ilmuwan Scripps mengumpulkan cyanobacteria, organisme laut fotosintetik kecil, di Hoia Bay dari Papua Nugini pada tahun 2002 dan baru-baru menemukan bahwa bakteri menghasilkan senyawa dengan struktur yang sebelumnya tak terlihat dalam biomedis. Senyawa, yang para peneliti telah dijuluki hoiamide A, menawarkan template baru untuk pengembangan obat.
      Dalam tes yang dilakukan farmakologi di Creighton University, Hoiamide Sebuah ditunjukkan untuk berinteraksi dengan target terapi yang sama penting sebagai analgesik, antiaritmia, obat antiepilepsi dan saraf.
      Dan Edwards dan Lukas Simmons, mantan anggota laboratorium Gerwick itu, mengumpulkan campuran spesies cyanobacteria Lyngbya majuscula dan Phormidium gracile Mei 2002 di lima sampai kedalaman 10 meter (16-33 kaki) dari Hoia Bay. Ekstraksi sampel ini terbukti memiliki sifat menarik neurokimia dalam tes dijalankan pada Creighton Sekolah Kedokteran Universitas. Laboratorium Gerwick dan Murray kemudian berkolaborasi untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi zat neuroactive struktur kimia sangat kompleks.

      untuk lebih jelasnya silahkan di lihat di website ini http://www.news-medical.net/news/20090829/26/Indonesian.aspx

      Hapus
    2. Terimakasih kepada saudari Nabila dan Farid yang telah membantu menjawab pertanyaan dari saudari Lae, semoga bermanfaat :-)

      Hapus
  4. yang ingin saya tanyakan Toksisitas rumput laut ini sangat bervariasi tergantung pada daerah, musim, dan jenis seperti apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seperti yang telah saya paparkan di atas, habitat umum Lyngbya majuscula adalah di padang lamun dan terumbu karang di perairan tropis dan subtropis, Jadi diluar perairan yang beriklim tropis dan subtropis kadar toksinnya lebih rendah (http://www.ehp.qld.gov.au/coastal/ecology/lyngbya-updates/)
      Di Hawaii, jumlah tertinggi kasus terjadi selama musim panas di daerah pantai. Angin terus-menerus bertiup selama bulan-bulan musim panas ini mungkin mengusir rumput laut dari bawah, kemudian fragmen hanyut ke teluk renang dan pantai. Jadi pada musim panas toksisitasnya tebih tinggi

      Hapus
    2. terima kasih untuk jawabnya untuk menambah informasi saya tetang bakteri tersebut

      Hapus
  5. waah saya beru tahu mengenai Lyngbya majuscule ini, namun sepertinya jenis ini lebih mendominasi peran negatifnya ya, tapi diartikel juga sedikit dipaparkan peran positifnya, salah satunya yaitu sebagai penyedia makanan bagi ekosistem perairan, yang ingin saya tanyakan bagaimana mekanisme Lyngbya majuscule menyedikan makanan bagi ekosistem perairan, padahal dia sendiri itu sifatnya beracun? terimakasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lyngbya majuscula berperan sebagai penyedia oksigen dan makanan (produsen) pada ekosistem perairan, Lyngbya ini juga berbahaya bagi ikan dan hewan-hewan invertebrata jika terjadi kontak langsung dengan rumput laut yang terdapat bakteri Lyngbya majuscula ini, namu semua itu tergantung toksisitas dan antibody yang dimiliki hewan tersebut, jadi Lyngbya majuscula ini memberikan manfaat sebagai penyedia oksigen dan makanan (produsen) pada ekosistem perairan tanpa harus ada kontak langsung dengan spesies-spesies lain (konsumen). Seperti yang saya kutip dari studi tiga tahun yang didanai oleh National Oceanographic and Atmospheric Administration’s Ecology of Harmful Algae Bloom Program (NOAA-ECOHAB) yang menyatakan bahwa Lyngbya majuscula ini dapat mengurangi penggembalaan oleh ikan dan invertebrata (https://www.whoi.edu/fileserver.do?id=66924&pt=10&p=18553).

      Hapus
    2. wahhh keren toh, jd tergantung tingkat toksisitasnya yaa, walaupun beracun tapi tetap dapat menyediakan makanan bagi ekosistem perairan. Terimakasih atas jawabanya kk syahrul ^.^

      Hapus
  6. seperti yang telah dipaparkan dalam artikel anda " Lingbya majuscula juga mempunyai peran merugikan, yaitu penyebab iritasi kulit manusia dermatitis rumput laut dan Dermatitis rumput laut disebabkan oleh kontak langsung dengan Lyngbya majuscula" Apakah iritasi ini hanya terjadi pada manusia yang kontak langsung dengan Lyngbya majuscula ? lalu bagaimana dengan hewan air yg berkontak langsung dengan Lyngbya majuscula ? terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berdasarkan pernyataan yang saya baca dari rujukan saudari Yani dan Zia, Dalam studi tiga tahun yang didanai oleh National Oceanographic and Atmospheric Administration’s Ecology of Harmful Algae Bloom Program (NOAA-ECOHAB) mengurangi penggembalaan oleh ikan dan invertebrata, dan dermatitis dan gejala pernafasan pada manusia (https://www.whoi.edu/fileserver.do?id=66924&pt=10&p=18553).
      Jadi selain berperan sebagai penyedia oksigen dan makanan (produsen) pada ekosistem perairan, Lyngbya ini juga berbahaya bagi ikan dan hewan-hewan invertebrata jika terjadi kontak langsung dengan rumput laut yang terdapat bakteri Lyngbya majuscula ini, namu semua itu tergantung toksisitas dan antibody yang dimiliki hewan tersebut.
      Dan seperti yang telah saya paparkan di atas, habitat umum Lyngbya majuscula adalah di padang lamun dan terumbu karang di perairan tropis dan subtropis. Toksisitas rumput laut ini sangat bervariasi tergantung pada daerah, musim, dan jenis (http://www.ehp.qld.gov.au/coastal/ecology/lyngbya-updates/).

      Hapus
  7. Sedikit ingin menambahkan, Lyngbya ini tumbuh melekat pada rumput laut, rumput laut (alga), karang dan sedimen dengan koloni yang berbentuk seperti rumpun atau tikar halus, berwarna gelap, panjangnya 10-30 cm. Ketika Lyngbya ada dalam jumlah yang besar, bakteri ini terakumulasi menjadi seperti gelembung gas (karena tingginya hasil dari fotosintesis) dan naik ke permukaan. koloni ini akan mengambang sperti tikar besar di atas air dan sangat mencolok. lebih lanjut bisa dibaca di http://www.ehp.qld.gov.au/coastal/ecology/lyngbya-updates/

    BalasHapus
  8. berdasarkan artikel diatas, saya ingin menanyakan apakah bakteri tersebut memiliki peran dalam kaitannya dengan ekosistem? terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya Anda kurang fokus membaca artikel ini, coba diperhatikan pada paragraf ke-3 telah dijelaskan bahwa Lyngbya majuscula berperan sebagai penyedia oksigen dan makanan (produsen ) pada ekosistem perairan.
      Terimakasih sudah berkunjung :-)

      Hapus
  9. Apakah racun pada lyngbya dpat menyebabkan kematian ?
    Lalu bagaimana jika baktri tersebut termakan oleh manusia.. akankah menimbulkan iritasi pula pada organ pencernaan ???mohonn penjelasannya . Terimakasihhh ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejauh ini belum ditemukan kasus dermatitis rumput laut akibat Lyngbya majuscula yang hingga mengakibatkan korban meninggal dunia Beberapa korban memiliki pembengkakan mata dan mulut, tetapi tidak ada ruam, dalam kasus-kasus yang lebih serius, luka kulit mungkin muncul, yang dapat bertahan hingga 12 hari (http://health.hawaii.gov/docd/dib/disease/stinging-seaweed-disease/).
      Lalu bagaimana jika bakteri tersebut termakan oleh manusia? Untuk kasus ini juga belum ditemukan korban yang terjangkin akibat makanan. Pada dasarnya bakteri ini menempel pada rumput laut, cara mencegahnya ya tentu dengan cara mencuci rumput laut tersebut sebelum diolah dan dikonsumsi. Seperti yang dijeaskan oleh Prof. Marius Rademaker, Lyngbya majuscula dapat dihilangkan dengan cara mencucinya sampai benar-benar bersih dengan air. Namun jika sampai termakan oleh manusia kemungkinan tetap akan terjadi gangguan pada saluran pencernaan. (http://dermnetnz.org/dermatitis/plants/seaweed.html)

      Hapus
    2. Terimakasih syahrul atas jawabannya ... sangat bermanfaat ^^ , Setelah membaca artikel yg anda buat, saya akan lbhberhati-hari ketika sedang bermain di pantai ..^^

      Hapus
  10. Selamat malam,
    Ilmu yang sangat bermanfaat sekali ini saudara syahrul, Mengenai pernyataan artikel diatas salah satu dampak terjadinya iritasi pada kulit dari bakteri lyngbya ini adalah pada Dermatitis rumput laut merupakan ruam (bintil-bintil) merah pada kulit yang disebabkan oleh kontak langsung dengan jenis rumput laut beracun (alga). Menarik sekali saya menanyakan Apakah hanya rumput laut saja yang terdapat bakteri lyngbya?Dan bagaimana tumbuhan yang penyebab alergi salah satunya tanaman gandum dan rumput alang-alang? Apakah tanaman sejenis itu ia memiliki dampak yang sama halnya seperti rumput laut?Jika tidak sama tolong dijelaskan apa yang menjadikan perbedaannya! Terimahkasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya banyak bakteri lain dari Filum Cyanobacteria yang mempunyai toksin, namun disini penulis hanya memaparkan tentanng bankteri Lyngbya majuscula. Dermatitis rumput laut disebabkan oleh kontak langsung dengan Lyngbya majuscula (juga dikenal sebagai Microcoleus lyngbyaceus). Agen penyebab dermatitis untuk rumput laut dua racun lyngbyatoxin A dan debromoaplysiatoxin diproduksi oleh rumput laut (Solomon, AE dan Stoughton, RB. Dermatitis from purified sea algae toxin (debromoaplysiatoxin). Arch Dermatol. 1978 Sep;114(9):1333-5), berbeda dengan alergi yang ditimbulkan akibat tanaman, seperti gandum, rumput dan alang-alang, dilihat dari habitatnya saja sudah berbeda, Lyngbya majuscula hidup menempel pada rumput laut dan karang yang notabennya hidup di perairan, sedangkan gandum, rumput dan alang-alang merupakan spesies darat.

      Hapus
    2. Terimahkasih atas jawabannya bapak syahrul :) Semoga bermanfaat

      Hapus
    3. Iya sama-sama tante martha :-)

      Hapus
  11. terkait artikel diatas, yang ingin saya tanyakan tentang Lyngbya majuscula adalah apakah populasi mikroba tersebut dapat bertambah banyak dikarenakan aliran limbah manusia yang terbawa oleh hujan ke laut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih saudari Luthfi atas pertanyaannya, sebenarnya pertanyaan anda berhubungan dengan apa yang dilayangkan oleh saudara Abda.
      Populasi mikroba tersebut dapat bertambah banyak dikarenakan aliran limbah manusia yang terbawa oleh hujan ke laut, karena ada hubungannya dengan curah hujan sangat menguntungkan karena banyak hasil yang signifikan dalam nutrisi yang diangkut ke perairan pantai tersebut. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi perkembangannya, yaitu kehadiran fosfor yang tersedia secara alami sebagai sumber nutrisinya dan zat besi serta bahan organik lainnya yang terlarut dilautan (http://www.ehp.qld.gov.au/coastal/ecology/lyngbya-updates/)

      Hapus
    2. sip. terimakasih saudara syahrul atas informasinya :)

      Hapus
  12. Waduhh mengerikan juga yah akibat dari mahluk kecil Lyngbya majuscula ituu. Benar pula terutama bagi pecinta traveling apalagi nelayan harus ekstra hati-hati hehe . soudara syahrul disin saya ingin menanyakan, berdasarkan paparan anda "munculnya ruam ini berebda-beda tergantung jenis pakaian yang digunakan". nah tolong jelaskan jenis pakaian dan perbedaan munculnya ruam tersebut ? terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Munculnya ruam ini berebda-beda tergantung jenis pakaian yang digunakan". Jadi ruam sangat tergantung pada jenis pakaian yang kita pakai, misalnya pada pakaian bagian bawah (celana) ruam akan muncul di sekitar kelamin dan daerah anal dan khusus pakaian wanita (bra) akan muncul ruam pada bagian bawah payudara (http://health.hawaii.gov/docd/dib/disease/stinging-seaweed-disease/).

      Seperti yang dijelaskan oleh Prof. Marius Rademaker dalam artikelnya “Dermatitis rumput laut”, setelah keluar dari air, rumput laut terlihat mengering, tetapi fragmen yang terbawa di bawah pakaian renang tetap lembab dan bersentuhan dengan kulit. Tekanan dari pakaian renang di kulit kemudian bergesekan racun rumput laut ke dalam kulit (http://dermnetnz.org/dermatitis/plants/seaweed.html)

      Hapus
  13. Pada artikel anda dijelaskan bahwa Lyngbya majuscula dapat menyebabkan dermatitis, yang ingin saya tanyakan, senyawa racun apa yang dimiliki Lyngbya majuscula sehingga dapat menyebabkan dermatitis ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada dua jenis racun yang menyebabkan dermatitis untuk rumput laut ini, lyngbyatoxin A dan debromoaplysiatoxin diproduksi oleh rumput laut.
      (Solomon, AE dan Stoughton, RB. Dermatitis from purified sea algae toxin (debromoaplysiatoxin). Arch Dermatol. 1978 Sep;114(9):1333-5.)

      Hapus
    2. terimakasih atas jawabannya sdr Syahrul

      Hapus
  14. hebat sekali artikel kakak barok, menambah wawasan, komentar2nya juga bagus mengenai info anti kanker juga itu, yang ingin saya tanyakan, apakah Lyngbya majuscula yang menempel pada terumbu karang itu tidak bisa di basmi dengan cairan apa gitu sperti pembasmi serangga contohnya, atau antibakteri gitu. terimakasih kakak barok..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejauh ini saya belum menemukan cairan atau zat pembasmi yang di gunakan untuk membasmi bakteri Lyngbya majuscula atau bahkan bakteri-bakteri beracun lain yang berada di lautan. mengingat habitat spesies tersebut di lautan dan sangat luas, perlu ada penelitian mendalam untuk hal ini, karena jika salah bisa-bisa ekosistem spesies lain yang akan terbasmi.
      Terimakasih telah berkunjung nona nCus :-D

      Hapus
    2. ooo... gitu ya kak barok.. oke makasih atas jawabannya yang supeeer sekali itu

      Hapus
  15. alhamdulillah ilmu baru....
    artikel nya kereen...syahrul sangat baik menyajikan tulisannya, dijelaskan pula manfaat dan kerugian dari bakteri Lyngbya majuscula tersebut.
    setelah saya baca artikel anda, ada yang ingin saya tanyakan..
    didalam artikel anda dan juga artikel yang ditulis pada https://www.whoi.edu/fileserver.do?id=66924&pt=10&p=18553, bakteri ini banyak tersebar dilaut dan sebagian menempel atau terdapat pada koloni rumput laut..
    nah, bagaimana simbiosis antara bakteri tersebut dengan rumput laut ataupun terumbu karang tempat dia hidup ?? terimakasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sisbiosis Lyngbya majuscula dengan spesies lain yang berada di perairan, seperti yang sudah dipaparkan di atas, Lyngbya majuscula berperan sebagai penyedia oksigen dan makanan (produsen ) pada ekosistem perairan, kemudian kehadiran beberapa spesies lain dapat membawa nutrisi-nutrisi yang dapat dikonsumsi dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya (http://www.ehp.qld.gov.au/coastal/ecology/lyngbya-updates/)

      Hapus
  16. Assalamu'alaikum..
    Jika seseorang terkena bakteri tersebut, apakah seseorang itu dapat menularkan penyakitnya ke orang lain? Jika ya, tolong jelaskan.
    Terimakasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dermatitis rumput laut adalah ruam (bintil-bintil) merah pada kulit yang disebabkan oleh kontak langsung dengan jenis rumput laut beracun (alga), salah satunya yaitu Lyngbya majuscula. Jadi dermattitis rumput laut ini tidak dapat ditularkan oleh penderitanya ke orang lain, karena terjadi kontak langsung dengan Lyngbya majuscula (Solomon, AE dan Stoughton, RB. Dermatitis from purified sea algae toxin (debromoaplysiatoxin). Arch Dermatol. 1978 Sep;114(9):1333-5).

      Hapus
  17. Ada yang ingin saya tanyakan, mengenai peningkatan pertumbuhan Lyngbya majuscula adakah faktor yang dapat memperlambat pertumbuhannya? terimakasih sebelumnya^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kehadiran fosfor yang tersedia secara alami sebagai sumber nutrisinya dan zat besi serta bahan organik lainnya yang terlarut dilautan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangannya, Jadi jika habitat dimana Lyngbya majuscula ini hidup mengalami penurunan kandungan fosfor-fosfor yang tersedia secara alami sebagai sumber nutrisinya dan zat besi serta bahan organik lainnya yang terlarut dilautan maka dapat menghambat perkembangan dan pertumbuhannya (http://www.ehp.qld.gov.au/coastal/ecology/lyngbya-updates/)

      Hapus
  18. Assalamualaikum
    Artikel ini sudah bagus, namun masih ada hal yang ingin saya tanyakan, kandungan apa yang ada pada bakteri ini sehingga bisa menyebabkan iritasi pada kulit manusia ? Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaikumsalam. Ada dua jenis racun yang menyebabkan dermatitis untuk rumput laut ini, lyngbyatoxin A dan debromoaplysiatoxin diproduksi oleh rumput laut, sehingga bisa menyebabkan iritasi pada kulit manusia (Solomon, AE dan Stoughton, RB. Dermatitis from purified sea algae toxin (debromoaplysiatoxin). Arch Dermatol. 1978 Sep;114(9):1333-5.)

      Hapus
  19. berdasarkan artikel yang di referensikan oleh mama yani, dari pernyataan ini “Globally, blooms of Lyngbya have been linked to ecosystem and human health issues, including smothered corals and seagrass, reduced grazing by fish and invertebrates, and dermatitis and respiratory symptoms in humans.” dapat diketahui ternyata tak hanya pada kulit saja bakteri ini berbaha, tapi pada saluran pernafasan dan juga pada ekosistem. memang cukup berbaha yaah bakteri ini..artikel yang sangat luar biasa om syahrul...
    Baca selengkapnya https://www.whoi.edu/fileserver.do?id=66924&pt=10&p=18553,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah lu biasa informasinya zia, bertambah lagi ni pengetahuan seputar Lyngbya majuscula. Semoga bermanfaat :-)

      Hapus
  20. Mengenai artikel Anda, ini ilmu baru bagi Saya, dari artikel diatas peranan negatifnya lebih dominan dan mengerikan bagi manusia yang terjangkait penyakit tersebut,, Bagaimana solusi atau cara mengatasi penyakit tersebut?,, terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih saudari Endah, sebetul masih banyak peran positif Lyngbya majuscula ini, namun disini saya hanya sedikit saja memaparkannya, karena memang penekanan artikel ini pada peran negatif (penyebab iritasi kulit dermatitis rumput laut).
      Untuk gejala ringan, cukup mandi dengan menggunakan sabun dan air bersih. Ruam dapat diperlakukan seperti sengatan matahari, yaitu menggunakan handuk basah dan krim (misalnya calamine). Gunakan alkohol juga dapat membantu untuk dekontaminasi kulit. Mengairi mata yang terkena dengan air keran selama minimal 15 menit. Jika kesulitan bernapasan mungkin menandakan reaksi alergi. Jika luka menunjukkan bukti infeksi, antibiotik mungkin diperlukan (http://dermnetnz.org/dermatitis/plants/seaweed.html).
      Cara mencegahnya yaitu dengan tidak beraktifitas di daerah dimana rumput laut tumbuh. Dan yang pasti tetap berhati-hati dan menjaga kebersihan tubuh, terutama bagi anda yang suka traveling di wilayah perairan serta para nelayan, seperti Endah yang tinggal di daerah pesisir. Semoga kita selalu berahti-hati dan terhindar dari dermatitis rumput laut ini yah 

      Hapus
  21. Mengenai artikel Anda, ini ilmu baru bagi Saya, dari artikel diatas peranan negatifnya lebih dominan dan mengerikan bagi manusia yang terjangkait penyakit tersebut,, Bagaimana solusi atau cara mengatasi penyakit tersebut?,, terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih saudari Endah, sebetul masih banyak peran positif Lyngbya majuscula ini, namun disini saya hanya sedikit saja memaparkannya, karena memang penekanan artikel ini pada peran negatif (penyebab iritasi kulit dermatitis rumput laut).
      Untuk gejala ringan, cukup mandi dengan menggunakan sabun dan air bersih. Ruam dapat diperlakukan seperti sengatan matahari, yaitu menggunakan handuk basah dan krim (misalnya calamine). Gunakan alkohol juga dapat membantu untuk dekontaminasi kulit. Mengairi mata yang terkena dengan air keran selama minimal 15 menit. Jika kesulitan bernapasan mungkin menandakan reaksi alergi. Jika luka menunjukkan bukti infeksi, antibiotik mungkin diperlukan (http://dermnetnz.org/dermatitis/plants/seaweed.html).
      Cara mencegahnya yaitu dengan tidak beraktifitas di daerah dimana rumput laut tumbuh. Dan yang pasti tetap berhati-hati dan menjaga kebersihan tubuh, terutama bagi anda yang suka traveling di wilayah perairan serta para nelayan, seperti Endah yang tinggal di daerah pesisir. Semoga kita selalu berahti-hati dan terhindar dari dermatitis rumput laut ini yah 

      Hapus
  22. Iritasi kulit yang ditimbulkan tersebut, apakah dapat memicu penyakit lainnya yang dapat membahayakan penderitanya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari apa yang di paparkan oleh saudara Zia, “Globally, blooms of Lyngbya have been linked to ecosystem and human health issues, including smothered corals and seagrass, reduced grazing by fish and invertebrates, and dermatitis and respiratory symptoms in humans.” dapat diketahui ternyata tak hanya pada kulit saja bakteri ini berbaha, tapi pada saluran pernafasan (ttps://www.whoi.edu/fileserver.do?id=66924&pt=10&p=18553)

      Hapus