Jumat, 13 Januari 2017

Mewujudkan Keterampilan Abad 21 dalam Pembelajaran IPA SMP Kurikulum 2013

Seperti yang kita ketahui teknologi sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita sehari- hari termasuk dalam bidang pendidikan. Nah, dalam dunia pendidikan, pembelajaran sudah bergeser dari pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang berbasis teknologi. Pembelajaran berbasis teknologi memberikan ruang bahwa guru bukanlah satu- satunya sumber ilmu karena sumber ilmu bisa diperoleh dari manapun dengan kemudahan teknologi. Dengan demikian saat ini guru harus bisa mengimbangi situasi yang dihadapi dalam proses pembelajarannya khususnya dalam pemanfaatan teknologi.
Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills).
Pada abad 21 ini persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan khususnya pendidikan sains yang sangat ketat. Kita dihadapkan pada tuntutan akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu berkompetisi. Sumber daya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh pendidikan yang berkualitas dapat menjadi kekuatan utama untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pendidikan. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Saat ini peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya peningkatan mutu pendidikan masih terus diupayakan karena sangat diyakini bahwa IPA sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan IPTEK.
Pemberlakuan kurikulum 2013 semakin mempertegas peran Pendidikan Nasional. Sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter. Hal itu juga dijadikan acuan dalam pembelajaran IPA.

IPA dan Pembelajaran IPA
Dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya mencakup aktivitas hands-on tetapi juga minds-on. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengalaman dan pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dalam pelaksanaannya pembelajaran IPA Terpadu (Integrated Science) hendaknya menumbuhkan scientific skills yaitu keterampilan proses (science process skill), keterampilan berpikir (thinking skill) yaitu berpikir kreatif dan berpikir kritis, serta bisa menumbuhkan sikap ilmiah.
Pembelajaran IPA yang didasarkan pada standar isi akan membentuk siswa yang memiliki bekal ilmu pengetahuan (have a body of knowledge), standar proses akan membentuk siswa yang memiliki keterampilan ilmiah (scientific skills), keterampilan berpikir (thinking skills) dan strategi berpikir (strategy of thinking); standar inkuiri ilmiah akan membentuk siswa yang mampu berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking); standar asesmen mengevaluasi siswa secara manusiawi artinya sesuai apa yang dialami siswa dalam pembelajaran (authentic
assessment). Penerapan standar-standar dalam pembelajaran IPA khususnya empat standar tersebut akan memberikan soft skill berupa karakter siswa, untuk itu sangat diperlukan pembelajaran IPA yang menerapkan standar-standar guna membangun karakter siswa. Siswa yang berkarakter dapat dicirikan apabila siswa memiliki kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami lingkungan (Anna, 2005).

IPA Terpadu (Integrative Science) pada Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Pergeseran paradigma belajar abad 21 dan kerangka kompetensi abad 21 menjadi pijakan di dalam pengembangan kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Diakui dalam perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21, kini memang telah terjadi pergeseran baik ciri maupun model pembelajaran. Inilah yang diantisipasi pada kurikulum 2013.


Makna Keterampilan Abad 21 (21st Century Skill)
Perubahan pendidikan dan mindset para guru harus didasarkan pada kecakapan/ketrampilan apa saja yang nantinya dibutuhkan oleh para siswa di abad 21 ini untuk dapat mencapai partisipasi penuh di masyarakat. Persoalan kecakapan abad 21 menjadi perhatian pemerhati dan praktisi pendidikan. The North
Central Regional Education Laboratory (NCREL) dan The Metiri Grup (2003) mengidentifikasi kerangka kerja untuk keterampilan abad 21 (21st century skills), yang dibagi menjadi empat kategori: kemahiran era digital, berpikir inventif, komunikasi yang efektif, dan produktivitas yang tinggi.
Dalam kerangka kompetensi abad 21 menunjukkan bahwa berpengetahuan (melalui core subject) saja tidak cukup, harus dilengkapi dengan; 1)kemampuan kreatif-kritis, (2) berkarakter kuat, (3) didukung dengan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Dadan, 2012).

Pembelajaran IPA di Era Keterampilan Abad 21
Sumber daya manusia yang berkualitas, dihasilkan oleh pendidikan yang berkualitas dapat menjadi kekuatan utama untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Ini dikarenakan Pendidikan memegang peranan sangat penting dan strategis dalam membangun masyarakat berpengetahuan yang memiliki keterampilan: (1) melek teknologi dan media; (2) melakukan komunikasi efektif; (3) berpikir kritis; (4) memecahkan masalah; dan (5) berkolaborasi. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Saat ini pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan kurikulum 2013. Dalam Pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa pembelajaran IPA di tingkat SMP dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan. Pembelajaran IPA di SMP dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu yang berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial dikembangkan dalam pembelajaran IPA. Integrative science mempunyai makna memadukan berbagai aspek yaitu domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan penerapan integrative science pada pembelajaran IPA di SMP, diharapkan akan terwujud keterampilan abad 21.
Di era abad 21, pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dengan pendekatan berpusat pada siswa (student centered learning) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif (creative
thinking) dan berpikir kritis (critical thinking), mampu memecahkan masalah, melatih kemampuan inovasi dan menekankan pentingnya kolaborasi dan komunikasi.
Keterampilan berpikir yang dikembangkan sebaiknya sudah menjangkau keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills) yang jika dijangkau dengan ranah kognitif pada Taksonomi Bloom berada pada level analisis, sintesis, evaluasi dan kreasi. Sehingga pembelajaran harus sesuai dengan karakter dan domain IPA yang meliputi domain konsep, proses, kreativitas, sikap atau tingkah laku dan aplikasi.
Domain konsep atau pengetahuan meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, hukum, prinsip serta teori dan hipotesis yang digunakan saintis. Domain ini dapat juga disebut ranah pengetahuan ilmiah/IPA atau aspek minds on/braions on dalam belajar IPA . Domain proses meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan bagaimana para siswa berpikir dan bekerja. Domain proses ini dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Domain kreativitas meliputi visualisasi-produksi gambar mental, pengkombinasian ide atay gagasan dalam cara baru, merancang alat, menghasilkan ide-ide yang luar biasa.domain sikap meliputi pengembangan sikap positif terhadap guru-guru dan pelajaran IPA di sekolah, kepercayaan diri, motivasi, daya tanggap. Sikap dalam IPA terdiri dari yang pertama sikap terhadap IPA yang dihubungkan dengan reaksi emosional terhadap perhatian, kebingungan dan kesenangn terhadap IPA. Yang kedua sikap ilmiah ses\perti kejujuran, keterbukaan, dan keingintahuan. Domain aplikasi dan keterkaitan maliputi aktivitas melihat/ menunjukkan contoh konsep-konsep ilmiah dalam kehidupan sehari-hari, menerapkan konsep-konsep IPA dan keterampilan pada masalah-masalah teknologi sehari-hari, memahami prinsip-prinsipilmiah dan teknologi pada alat-alat teknologi yang ada dalam rumah tangg, mengintegrasikan dengan pelajaran lain (Dadan, 2012). Dalam pembelajaran IPA di sekolah pendidik harus bisa memunculkan domain-domain tersebut sehingga bisa mewujudkan keterampilan abad 21.

Kesimpulan
Pembelajaran IPA di SMP dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu, yang berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan social. Integrative science mempunyai makna memadukan berbagai aspek yaitu domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan penerapan integrative science pada pembelajaran IPA di SMP, diharapkan akan terwujud keterampilan abad 21 (21st century skill).




Referensi
Poedjiadi, Anna. (2005). Pendidikan Sains dan Pembangunan Moral Bangsa. Bandung : yayasan Cendrawasih
Rosana, Dadan. 2012. Menggagas Pendidikan IPA yang Baik Terkait Esensial
21st Century Skills
. Disampaikan pada Seminar Nasioanal Pendidikan IPA ke IV, Unesa: Surabaya.

Senin, 18 April 2016

Tugas SPSS 2 (Uji Asumsi Klasik)

Uji Asumsi Klasik
Pengaruh Umur Siswa dan Tinggi Badan Siswa  terhadap Nilai Siswa

Ø  Variabel Terikat (Dependent Variable)
Nilai Siswa

Ø  Variabel Bebas (Independent Variable)
-          Umur Siswa
-          Jenis Kelamin

1.      Uji Normalitas

Titik-titik pada grafik berada disekitar garis diagonal dan tidak menjauh dari garis.
Sehingga, data penelitian ini lulus uji normalitas



2.      Uji Multikoleniaritas

Variabel Umur Siswa :
Nilai Tolerance : 0,689, Nilai tolerance > 0,1 dan Nilai VIF = 1,451, Nilai VIF <10
Maka, variabel Umur siswa lulus  uji multikolinearitas.
Variabel Tinggi Badan siswa :
Nilai Tolerance : 0,689 Nilai tolerance > 0,1 dan Nilai VIF = 1,451, Nilai VIF <10
Maka, variabel Tinggi Badan siswa lulus  uji multikolinearitas.




3.      Uji Heteroskidasitisas
Titik – ttik pada grafik tidak membentuk suatu pola tertentu yang teratur. Dan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Maka, data penelitian ini lulus uji heteroskidasitisas

Senin, 11 April 2016

Tugas SPSS 1 (Data Tinggi Badan Mahasiswa)

Berikut ini adalah data tinggi badan 20 orang mahasiswa :

Nama Mahasiswa
Jenis Kelamin
Tinggi Badan
Hasbiallah
Laki - laki
173
Ihsan Kamil
Laki - laki
165
Kamaluddin
Laki - laki
160
Eka Lestari
Perempuan
155
Hana Nalul Wafa
Perempuan
155
Hizriah Wati
Perempuan
167
Shobirin
Laki - laki
165
Andri Lesmana
Laki - laki
166
Baiturrahman
Laki - laki
167
Faizuddaroin
Laki - laki
157
Fahri Husaini
Laki - laki
165
Ade Kurniawan
Laki - laki
170
Iyusnia
Perempuan
165
Kiky Rizkiati
Perempuan
167
Fahri Rizqi Fauzan
Laki - laki
170
Fauzan Mutakin
Laki - laki
173
Abdul Aziz
Laki - laki
157
Abdul Munif
Laki - laki
167
Lili Fauziah
Perempuan
153
Maskufah
Perempuan
160


Descriptives
Descriptive Statistics

N
Minimum
Maximum
Sum
Mean
Std. Deviation
Tinggi Badan
20
153,00
173,00
3277,00
163,8500
6,02866
Valid N (listwise)
20






Means
Case Processing Summary

Cases
Included
Excluded
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
Tinggi Badan  * Jenis Kelamin
20
100,0%
0
0,0%
20
100,0%

Report
Tinggi Badan 
Jenis Kelamin
Mean
N
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Laki - laki
165,7692
13
5,26235
157,00
173,00
Perempuan
160,2857
7
6,07493
153,00
167,00
Total
163,8500
20
6,02866
153,00
173,00

Frequencies

Statistics
Tinggi Badan 
N
Valid
20
Missing
0

Tinggi Badan

Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
153,00
1
5,0
5,0
5,0
155,00
2
10,0
10,0
15,0
157,00
2
10,0
10,0
25,0
160,00
2
10,0
10,0
35,0
165,00
4
20,0
20,0
55,0
166,00
1
5,0
5,0
60,0
167,00
4
20,0
20,0
80,0
170,00
2
10,0
10,0
90,0
173,00
2
10,0
10,0
100,0
Total
20
100,0
100,0