Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari kita tidak bisa jauh dari yang
namanya mikroba, bahkan ada yang mengatakan dimana kita berada disitu ada
mikroba, karena mikroba ada di darat, di udara atau bahkan di laut sekalipun.
Untuk itu pada artikel kali ini saya akan membahas mengenai iritasi kulit pada
manusia dermatitis rumput laut yang di sebabkan oleh bakteri Lyngbya majuscula, yang termasuk bakteri fotosintetik.
Disini saya akan memaparkan apa itu dermatitis rumput laut, dimana dan
bagaimana hal tersebut dapat terjadi, serta cara mengtasinya.
Filum : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Oscillatoriale
Family : Oscillatoriaceae
Genus : Lyngbya
Spesies : Lyngbya majuscula
Lyngbya majuscula adalah spesies Cyanobacteria dalam genus Lyngbya, berbentuk panjang, filamen unbranching di dalam selubung lendir kaku.
Selubung dapat membentuk kusut atau tikar, bercampur dengan spesies
fitoplankton lainnya. Mempunyai kloroplas (organel plastida yang mengandung zat
warna). Mempunyai struktur dalam kloroplas yang disebut Pirenoid, untuk
menyimpan cadangan makanan. Warna biru-hijau berasal dari kemampuan mereka berfotosintesis.
Lyngbya majuscula termasuk dalam Ordo Oscillatoriales yang tidak
menghasilkan spora dan termasuk dalam Family Oscillatiriceae yang tidak punya
heterocyst. Reproduksinya yaitu dengan Fragmentasi (umumnya), Akineta (bila
diawali dengan kodisi nutrien yang tinggi) (Burja. et al, 2002).
Habitat umum Lyngbya majuscula adalah di padang lamun dan terumbu karang di perairan tropis dan
subtropis, biasanya tumbuh dalam rumpun. Filamen dapat tumbuh hingga panjang 10 cm, dan sering
menjadi kusut dengan rumput laut lain di flat karang, dapat hidup hingga kedalaman
30 m. Peningkatan pertumbuhan Lyngbya majuscula membutuhkan
suhu air di atas 24° C. Lyngbya majuscula dapat ditemukan di seluruh
perairan pantai di dunia termasuk Hawaii dan United State of America, dimana
pertama kali dilaporkan sebagai alga beracun selama 1950-an. Bagi kehidupan
ekosistem perairan, Lyngbya majuscula berperan sebagai penyedia oksigen dan makanan
(produsen ) pada ekosistem perairan. Namun Lingbya majuscula juga
mempunyai peran merugikan, yaitu penyebab iritasi kulit manusia dermatitis
rumput laut (Anonim[1], 2012).
|
Spesies Lyngbya majuscula berbentuk rambut kusut atau
tikar
|
Dermatitis rumput laut
adalah ruam (bintil-bintil) merah pada kulit yang disebabkan oleh kontak
langsung dengan jenis rumput laut beracun (alga), salah satunya yaitu Lyngbya
majuscula. Hal ini berbeda dengan kulit terbakar yang disebabkan sengatan
dari anemon laut tertentu, atau kulit gatal yang disebabkan oleh gigitan dari Schistosomes
parasit (cacing pipih). Dermatitis rumput laut disebabkan oleh kontak
langsung dengan Lyngbya majuscula (juga dikenal sebagai Microcoleus
lyngbyaceus). Agen penyebab dermatitis untuk rumput laut dua racun
lyngbyatoxin A dan debromoaplysiatoxin diproduksi oleh rumput laut. Toksisitas
rumput laut ini sangat bervariasi tergantung pada daerah, musim, dan jenis (Solomon dan Stoughton, 1978).
Menurut Prof. Marius Rademaker dalam artikelnya “Dermatitis rumput laut”, ketika berenang atau berendam di daerah dimana rumput laut tumbuh, fragmen
kecil dari rumput laut bisa terjebak di antara pakaian renang dan kulit. Setelah
keluar dari air, rumput laut terlihat mengering, tetapi fragmen yang terbawa di
bawah pakaian renang tetap lembab dan bersentuhan dengan kulit. Tekanan dari pakaian
renang di kulit kemudian bergesekan racun rumput laut ke dalam kulit. Reaksi
mungkin mulai beberapa menit sampai beberapa jam setelah korban meninggalkan
air.
Gejala yang ditimbulkan
biasanya ruam (bintil-bintil) merah mirip dengan luka bakar, dan kulit yang
mengelupas atau iritasi (gatal). Gejala lain termasuk mata bengkak, iritasi
pada hidung dan tenggorokan, luka kulit, sakit kepala, dan kelelahan. Ruam
sering muncul di kelamin dan daerah anal serta bagian bawah payudara pada
wanita, tetapi munculnya ruam ini berebda-beda tergantung jenis pakaian yang
digunakan. Gejala mungkin mulai muncul beberapa menit sampai beberapa jam
setelah terpapar ganggang, dan biasanya berlangsung 4-48 jam. Dalam kasus-kasus
yang lebih serius, luka kulit mungkin muncul, yang dapat bertahan hingga 12
hari. Kadang-kadang ruam juga dapat terjadi pada wajah, mata dan mulut.
Beberapa korban memiliki pembengkakan mata dan mulut, tetapi tidak ada ruam. (Anonim[2],
2015).
|
Karakteristik luka akibat
infeksi pada Lyngbya majuscula berupa ruam (bintil-bintil) merah dan seperti luka bakar |
Untuk gejala ringan, cukup
mandi dengan menggunakan sabun dan air bersih. Ruam dapat diperlakukan seperti
sengatan matahari, yaitu menggunakan handuk basah dan krim (misalnya calamine).
Gunakan alkohol juga dapat membantu untuk dekontaminasi kulit. Mengairi mata
yang terkena dengan air keran selama minimal 15 menit. Jika kesulitan bernapasan
mungkin menandakan reaksi alergi. Jika luka menunjukkan bukti infeksi,
antibiotik mungkin diperlukan. Di beberapa negara, otoritas kesehatan memiliki
kekuasaan untuk menutup pantai publik yang
terbukti terdapat bakteri penyebab dermatitis rumput laut (Rademaker, 2014). Cara mencegahnya
yaitu dengan tidak beraktifitas di daerah dimana rumput laut tumbuh. Dan yang
pasti tetap berhati-hati dan menjaga kebersihan tubuh, terutama bagi anda yang
suka traveling di wilayah perairan serta para nelayan. Semoga bermanfaat.
Referensi :
Burja, A.M.,
Abou-Mansour, E., Banaigs, B., Payri, C., Burgess, J.G., and Wright, P.C. 2002.
Culture of the Marine cyanobacterium, Lyngbya majuscula (Oscillatoriacea),
for bioprocess intensified production of cyclic and linear lipopeptides. J.
Microbiol, 46, 207-219.
Jawetz, Melnick, dan
Adelberg’s. 2017. Mikrobiologi Kedokteran. Surabaya : Salemba Medika.
Solomon, AE dan
Stoughton, RB. Dermatitis from purified sea algae toxin (debromoaplysiatoxin).
Arch Dermatol. 1978 Sep;114(9):1333-5.